Minggu, 28 Juni 2009

Khutbah

Saudara-saudara ku Muslimin Muslimat Jama'ah shalat I'edul Adha Rahimakumullah.

Pada 10 Zulhijjah, dari atas ontanya, Baginda Nabi Muhammad saw menyampaikan khutbah. Usai khutbah, seseorang bertanya kepada Baginda saw ; Ya Rasul, bolehkah saya berziarah dulu (Thawaf) ke Baitullah, setelah itu saya melontar jumrah ? Baginda saw menjawab, IF'AL, LAA HARAAJ. Lakukan saja, tidak ada salahnya. Yang lain berkata, "saya bercukur dulu sebelum menyembelih" Baginda saw berkata "Lakukan saja, tidak ada salahnya". Yang lain bertanya lagi "B'olehkah saya menyembelih sebelum melontar jumrah ? "Lakukan saja, tidak ada salahnya". Saudara-saudaraku, setiap Nabi saw ditanya tentang sesuatu yang mana didahulukan dan yang mana diakhirkan, Baginda Nabi saw selalu berkata : IF'AL LAA HARAAJ ( lakukan saja, tidak ada salahnya).

Para ulama menghitung tidak kurang dari 24 cara ibadah haji yang disampaikan kepada Rasulullah saw dan Baginda membenarkannya : bercukur sebelum melontar, bercukur sebelum menyembelih, menyembelih sebelum melontar, thawaf ifadhah sebelum melontar, thawaf ifadhah sebelum bercukur, melontar dan ifadhah bersamaan sebelum bercukur, thawaf ifadhah sebelum menyembelih, sa'i sebelum thawaf, dan lain-lain. Berbagai cara haji itu mula-mula memang dipertengkarkan oleh para sahabat Nabi. Masing-masing merasa dialah hajinya yang paling benar. Ketika setiap cara haji itu dikemukakan kepada Baginda saw, Baginda membenarkan semuanya " Lakukan saja, tidak ada salahnya.

Saudara, bukankan ini menunjukkan bahwa, setiap perbuatan yang dilakukan, Baginda Nabi saw, tidak menentukan dengan tegas cara-cara dan urutannya. Pelaksanaannya terbuka luas dapat dilakukan sesuai dengan keyakinannya.

Sebagai Rasul Allah, Baginda saw berhak menentukan cara dan urutan pelaksaan ibadah haji yang benar. Tetapi Baginda saw, malah menyerahkannya kepada pertimbangan praktis para pengikutnya.

Saudara, bandingkan prilaku Nabi saw ini dengan sebagian besar prilaku kita. Bukankah sebenarnya kita tidak ada hak untuk menentukan mazhab fiqih yang benar atau yang salah. Tapi, kita malah menetapkan hanya cara dan urutan ibadah haji, seperti yang kita amalkan saja yang benar, dengan mengutip ucapan para sahabat : kita masing-masing berkata : "Nahnu ashwaab" ( kamilah yang paling benar ).

Ketika berkata if'al laa haraaj, Nabi saw bukan saja mengajarkan penghargaan pada pemahaman agama yang berbeda. Baginda saw juga menunjukkan bahwa yang paling penting dari ibadah haji, bukanlah ritus-ritus formalnya, melainkan hakikatnya. Ritus-ritus itu, walaupun tidak boleh ditinggalkan, hanyalah wahana untuk tujuan haji yang sebenarnya dan kita tidak perlu mempertentangkannya. Tetapi yang lebih penting untuk kita perhatikan adalah bagaimana membersihkan ibadah haji kita, dari kata-kata kotor, kefasikan dan pertengkaran, apapun alasannya. Inilah yang disebut adab haji atau rahasia haji ( asraar al-hajj ).

Saudara-saudaraku jama'ah shalat I'dul Adha yang dirahmati Allah.

Semua keutamaan haji akan hilang, bila orang meninggalkan adab bathiniahnya. Haji adalah safar atau perjalanan rohani menuju Allah swt. Menurut Imam Al-Ghazali, orang tidak akan dapat mencapai Allah, tanpa meninggalkan kelezatan syahwat dan keterikatannya kepada kehendak hawa nafsunya..

Dalam ibadah haji setiap muslim atau jama'ah haji, melakukan wukuf di Arafah. Allah swt, membanggakan jama'ah haji di hadapan para malaikt-Nya : Hamba-hamba-Ku, datang kepada-Ku dengan rambut kusut masai dari setiap sudut negeri yang jauh. Wahai hamba-Ku, dari bumi Arafah ini, terimalah ampunan-Ku atas kamu.

Saudara, inilah sekilas gambaran episode ibadah haji yang sedang dilakukan oleh sauadara-saudara kita saat ini.

Pada hari ini, jam ini, saat ini, ketika kita berkumpul di sini, di sana di tanah suci, saudara-saudara kita sedang bermalam di Mina. Mereka memenuhi kemah-kemah yang berserakan di padang pasir atau tergeletak begitu saja di atas bukit-bukit batu yang terjal atau berbaring berdesakan di sekita Jumrah. Kemarin mereka melontar Jumratul Aqabah, menyembelih qurban dan mencukur rambut. Ada di antara mereka yang sudah melakukan thawaf ifadhah. Sekarang mereka melakukan salah satu kewajiban haji : bermalam yang pertama di Mina.

Esok hari mereka bermalam yang ke dua di Mina. Bila memilih nafar awwal, segera setelah itu, mereka kembali ke Makkah, maka seluruh rangkaian ibadah haji sudah selesai. Beberapa hari yang lalu, mereka berangkat ke Arafah dengan pakaian ihram dan menggemakan bahasa yang sama . Esok hari mereka kembali ke Makkah dengan pakaian yang beraneka ragam dan mengucapkan bahasa yang berlainan. Seperti jutaan kupu-kupu, mereka datang ke Arafah dalam sayap putih bersih dan kembali lagi ke Makkah dalam sayap yang sudah diberi warna. Sekarang kupu-kupu Allah itu sedang menunggu untuk melakukan upacara perpisahan dengan rumah Allah ( Baitullah ) yaitu thawaf wada'.

Saudara ! Seluruh upacara ibadah haji, merekonstruksi perjalanan Nabi Allah Ibrahim a.s. Nabi Allah Ibrahim a.s. bukan saja Bapak Tauhid, yang ditugaskan membersihkan Baitullah dari kemusyrikan, melainkan juga sebuah modenl dari seorang manusia yang memilih untuk berangkat menuju Allah. Allah swt bertanya, " Mau pergi ke mana kamu ?" Fa aina tazhabun ? Ia menjawab : Inni zaa hibun ilaa Rabbi sayahdiin ( Aku akan berangkat menuju Tuhanku; tentulah Ia akan memberikan petunjuk kepadaku).

Demikian juga Allah swt akan bertanya kepada orang –orang yang melakukanibadah haji , "Mau pergi ke manakah kamu ?" Para jama'ah haji berkata seperti Ibrahim a.s. "

Aku akan berangkat menuju Tuhanku, tentulah Ia akan memberikan petunjuk kepadaku".

Saudara-saudaraku, seperti Ibrahim a.s. saudara-saudara kita, tanpa memperdulikan usia dan kesehatan, tanpa memperhatikan kesibukan dan pekerjaan, tanpa menghiraukan keluarga dan kawan-kawan, meninggalkan tanah airnya, berangkat menuju Baitullah. Ketika Allah swt memanggil mereka : "Fa firruu illallahu, Innii lakumminhu naziirummubiin ( Maka berlarilah kamu kepada Allah, sungguh Aku hanya pemberi ingat yang jelas bagi kamu. Maka para jama'ah haji menjawab serentak dalam teriakan yang sama : LABBAIKA ALLAHUMMA LABBAIKA, LABAIKALAA SYARIKA LABBAIKA, INNAL HAMDAA WANNI'MATA LAKA WAL MULK LAA SYARIIKALAKA." Saudara, sejak beberapa hari yang lalu, mereka menegaskan kesediaan mereka untuk berangkat menuju Allah , untuk berputar di sekitar Baitullah. Teriakan itu keluar dari jutaan mulut, bergema di bukit-bukit yang tandus, yang bergaung dalam kelengangan di padang pasir yang gersang.

Di Arafah, pada malam sebelum wukuf, mereka merebahkan diri di hadapan Allah Penguasa sekalian alam. Setiap orang merintih : "YA ALLAH, AMPUNILAH AKU DI MALAM INI, DI SAAT INI, SEMUA NISTA YANG PERNAH AKU KERJAKAN, SEMUA DOSA YANG PERNAH AKU LAKUKAN, SEMUA KEBURUKAN YANG PERNAH AKU RAHASIAKAN, SEMUA KEBODOHAN YANG PERNAH AKU AMALKAN, YANG AKU SEMBUNYIKAN ATAU AKU TAMPAKKAN, YANG AKU TUTUPI ATAU YANG AKU TUNJUKKAN. AMPUNILAH SEMUA KEBURUKAN YANG TELAH ENGKAU PERINTAHKAN MALAIKAT YANG MULIA UNTUK MECATATNYA. MEREKA YANG ENGKAU TUGASKAN UNTUK MEREKAM SEGALA YANG ADA PADAKU. MEREKA YANG ENGKAU JADIKAN SAKSI-SAKSI BERSAMA SELURUH ANGGOTA BADANKU DAN ENGKAU SENDIRI YANG MENGAWASI AKU DI BELAKANG MEREKA'' Saudara, pada waktu wukuf, mereka ulangi lagi rintihan itu di sela-sela sanjung dan puji mereka kepada Allah.

Bersama talbiyah, rintihan para hamba Allah itu naik ke langit, bergabung dengan tasbih para malaikat pemikul A'rasy..

Saudara-saudaraku, memang inilah syarat yang harus dipenuhi oleh semua orang yang kembali kepada

Allah. Berangkat menuju Allah, harus dimulai dengan meninggalkan segala dosa dan kemaksiatan. Seperti jama'ah haji yang harus mandi sebelum mengenakan kain ihram, mereka yang berangkat menuju Allah, harus membersihkan diri mereka dari segala kenistaan yang lakukan, baik yang disembunyikan maupun yang ditampakkan.

Saudara-saudaraku, panggilan untuk kembali kepada Allah, bukan hanya ditujukan kepada para jama'ah haji saja. Panggilan itu juga ditujukan kepada kita semua . "Larilah kamu kepada Allah dengan mengikuti jalan Ibrahim a.s." Sebagaimana firman Allah

Dalam surah Luqman ayat 15 :

Yang artinya : "Ikutilah jalan orang yang akan kembali kepada-Ku. Kemudian kepada Akulah tempat kembali kamu. Maka akan Aku khabarkan kepada kamu, apa-apa yang kamu kerjakan".

Saudara, suatu saat kita semua harus kembali kepada Allah dalam keadaan terpaksa, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, suatu saat Allah swt akan menarik ubun-ubun kita, mengambil nyawa kita dan memaksa kita kembali kepada-Nya..

Allah swt memanggil untuk kembali kepada-Nya,sejak awal lagi. Bukankah ketika Allah swt bertanya kepada kita : "Fa ainaa tadzhabuun"? mau pergi ke mana kamu ? Kita menjawab tidak jelas.

Kita tidak tahu ke mana kita sedang pergi, Apa tujuan kita dalam hidup ini, mengejar karir, mencari kekayaan, mencari kedudukan dan kemasyhuran, atau hanya sekedar menghabiskan usia, atau secara buta hanya mengikuti zaman dan keadaan ?

Saudara, kembalilah kepada Allah sekarang juga, arahkan perhau kehidupan kita menuju Allah swt, persis seperti jama'ah haji, kita harus memilih untuk kembali kepada Allah secara sukarela, sebelum kita kembali kepada-Nya secara terpaksa.

Sama seperti jama'ah haji, kita harus wukuf lebih dahulu di hadapan Allah. Kita harus mulai perjalanan kembali kepada-Nya dari Arafah.

Arafah artinya pengakuan, pengenalan. Merintihlah di hadapan Allah. Akui segala dosa yang kita lakukan. Akuilah bahwa selama ini, kita melupakan Allah. Katakan terus terang di hadapan-Nya, bahwa sudah lama hidup kita ini, diarahkan bukan kepada Allah. Kita diombang ambingkan oleh badai kehidupan, kita berlayar tanpa pedoman.

Saudara-saudaraku, akuilah di hadapan Allah, bahwa selama ini kita menjadi pengembara padang pasir yang tersesat. Berulangkali kita mengejar apa yang kita sangka sebagai tujuan hidup kita, tetapi ternyata hanya fatamorgana yang menipu. Kita sebenarnya sedah kelelahan, marilah kita berhenti sejenak di tengah padang pasir, marilah kita mengadukan segala kesalahan dan kealpaan kita selama ini kepada-Nya.

Bukankah selama ini kita menyangka, bahwa kekayaan adalah tujuan hidup kita; sehingga untuk itu, kita melakukan apa saja? Kita habiskan waktu kita untuk mengumpulkan beberapa butir kekayaan. Kita rampas milik orang lain, atau kita hancurkan kehidupan orang banyak, atau kita injak-injak hak-hak orang lemah, semuanya demi harta dan kekayaan. Lalu saudara, apa yang kita temukan ? ternyata harta dan kekayaan tidak dapat memuaskan kehausan kita, kita sudah kelelahan. Mari kita berhenti sejenak, marilah kita wukuf, marilah kita menangis : "Ya Allah, telah sekian lama kami mengabaikanmu, kami telah salah mengambil jalan, tubuh kami sudah penuh terbalut lumpur kebusukan, ampuni kami, bawa kami ke haribaan-Mu, sehingga kami dapat mempersembahkan semua kekayaan-Mu yang kami miliki, untuk membesarkan Asma-Mu"

Saudara, bukankah kita mungkin juga pernah menyangka bahwa kedudukan dan jabatan adalah kejaran dan target kita. Untuk itu kita hantam kawan seiring, kita fitnah orang-orang yang pernah berjasa kepada kita, kita korbankan persahabatan dan kekeluargaan, kita abaikan sakitnya kehilangan cinta dan kasih saying, kita berlaku curang, culas dan , khianat, semuanya demi kedudukan, pangkat dan jabatan. Lalu apa yang kita temukan ? ternyata kedudukan, pangkat dan jabatan, malah menambah beban kita., kita sudah kelelahan, marilah kita berhenti sejenak di halaman Allah, marilah kita wukuf, marilah kita menjerit : "Ya Tuhan kami, telah lama kami tulikan teling kami untuk mendengarkan seruan-Mu, kami pusatkan perhatian kami hanya pada ambisi kami. Hati kami sudah dipenuhi kedengkian dan kekejaman, tangan kami sudah berlumuran darah orang-orang yang kami zalimi. Ma'afkan kami, bangunkan kami dari ketergelinciran kami, peganglah tangan kami, kuatkan kaki kami, sehingga walaupun tertatih-tatih, kami tetap berjalan menuju ridha-Mu.

Saudara-saudara-ku, boleh jadi kita telah bekerja keras mengejar apa saja; tetapi tidak berhasil mendapatkannya. Sudah banyak pengorbanan yang kita lakukan. Kita cari harta kekayaan dan kita masih juga tetap miskin seperti dulu. Kita kejar kedudukan, pangkat dan jabatan, ternyata kita tetap saja orang kecil seperti semula, kita kejar kemasyhuran dan ketenaran, ternyata kita tetap saja tidak dikenal. Kita sudah mengeluarkan suara kita sekeras mungkin, tetapi tidak seorangpun yang mendengar kita, kita sudah membanting tulang memeras keringat untuk cita-cita yang beraneka ragam, tapi nyatanya kita masih saja terpuruk sebagai orang yang gagal dalam kehidupan, kita sudah kelelahan, marilah kita berhenti sejenak di tengah sahara kehidupan ini, marilah kita wukuf, marilah kita menangis : "Ya Allah, kami sudah meninggalkan-Mu, hanya untuk menumpuk kegagalan-kegagalan. Bimbinglah kami untuk berangkat menuju-Mu, bantulah kami, untuk menundukkan kehendak kami pada kehendak-Mu, kuatkan anggota badan kami, segarkan jiwa kami dengan siraman cinta-Mu"

Saudara, setelah wukuf, marilah kita pergi menuju Mina, marilah kita lempari syaithan dengan batu-batu keimanan kita. Marilah kita renungkan dialog antara Allah dengan hamba-Nya, seperti dikisahkan dalam Kitab Tafsir Al-Kabiir, Allah swt berfirman : "Wahai hambaku, telah Kujadikan taman syurga bagimu dank au pun telah memperuntukkan tamanmu untuk-Ku. Tapi renungkanlah, apakah telah kau lihat taman-Ku sekarang? Apakah engkau sudah masuk ke dalamnya? Si hamba berkata : Belum ya Rabbi." Allah berfirman lagi, "Apakah Aku sudah masuk ke dalam tamanmu?" Tentu sin hamba menjawab, Sudah ya Rabbi". Allah berfirman : "Ketika engkau hamper masuk ke dalam syurga-Ku, Aku keluarkan setan dari taman-Ku, semuanya untuk memepersiapkan kehadiranmu. Aku berkata kepadanya, keluarlah dari sini dalam keadaan hina dina. Aku keluarkan musuhmu sebelum kamu masuk ke situ. Sekarang apa yang kamu lakukan. Aku sudah berada di tamanmu tujuh puluh tahun, mengapa belum juga kau keluarkan musuhku, mengapa belum kau usir dia? Si hamba berkata, "Tuhanku, Engkau berkuasa mengeluarkan dia dari taman-Mu, sedang aku seorang hamba yang rentan dan lemah, aku tidak kuasa mengeluarkannya. Allah berfirman, Orang lemah akan menjadi kuat apabila ia memasuki perlindungan Raja yang Perkasa, masuklah ke dalam perlindungan-Ku, sehingga engkau sanggup mengeluarkan setan dari taman hatimu, ucapkanlah "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. Saudara, kitalah hamba Allah yang disuruh untuk mengusir setan dari hati kita. Marilah kita persiapkan hati kita untuk menjadi taman, tempat bersemayamnya Allah Rabbal 'Alamin.

Saudara,dari Mina, marilah kita menuju Baitullah, mari kita habiskan sisa umur kita untuk terus berputar di sekitar rumah Allah, apapun yang kita lakukan, jangan kita menjauhi Allah. Kita persembahkan kekayaan kepada Allah dengan membagikannya kepada hamba-hamba-Nya yang memerlukan. Bukankah Allah berfirman, "Dekatilah Aku di tengah-tengah orang-orang kecil di antara kamu, temui Aku di tengah-tengah orang yang menderita" Mari kita peruntukkan kedudukan, pangkat dan jabatan kepada Allah, dengan menggunakannya untuk melindungi orang-orang yang lemah dan dilemahkan, kita syukuri semua anugerah Allah kepada kita dengan berusaha membahagiakan sesame manusia . Insya Allah dengan begitu, kita bergabung dengan jama'ah haji yang memperoleh haji yang mabrur, sa'i yang masykuur dan usaha yang tidak pernah merugi.

Inilah tradisi Ibrahim a.s.Inilah sunnah Baginda Rasulullah saw, inilah jalan hidup dan kehidupan kita semua, amin Allahumma amin.

AL-FAQIR ; USTAZ H BURAHNUDDIN ALI.A

Ketua Yayasan Karimun Salam